Sabtu, 19 Desember 2015

Membuat Meja Potong Kayu


Ceritanya saya mendapat rejeki dari internet yang tidak bisa dicairkan akibat suatu masalah teknis, oleh karena uang hasil jerih payah tersebut tidak dapat dicairkan, maka hanya dapat dibelanjakan untuk kemudian dapat dikirim ke alamat rumah, setelah itu pada pembayaran berikutnya, barulah dapat dicairkan. Oleh sebab itu, pembayaran tersebut sengaja saya gunakan untk membeli beberapa macam alat tehnik untuk menunjang hobi dan kegiatan saya dalam berekspresi.

Oke, sesuai judul diatas, dalam postingan kali ini saya akan membuat artikel tentang bagaimana cara untuk membuat meja potong kayu.

Bahan yang dibutuhan adalah:

  1. Circular Saw Modern M2600 L (laser)
  2. Selembar papan, disini saya menggunakan kayu mebel rumah tangga. Entah namanya MDF, plywood atau particle board. Tapi sepertinya ini adalah particle board (jenis yang kurang bagus jika terkena air). 
  3. 6 buah baut dan mur ukuran 10mm dengan panjang 10cm.
  4. Bor listrik dan mata bor ukuran 10mm
  5. Router dengan mata straight bit
  6. Penggaris + Pensil


Circular Saw Modern M2600 L, tampak dari atas.


Circular Saw Modern M2600 L, tampak dari bawah.


Posisi standard 90 derajat, Circular Saw Modern M2600 L.


Maksimal kemiringan 45 derajat, Circular Saw Modern M2600 L.


Spesifikasi daya Circular Saw Modern M2600 L.





Proses perakitan.

Proses memberi lobang pada Circular Saw Modern M2600 L, untuk dudukan mur dan baut.



Proses perakitan Circular Saw Modern M2600 L, pada selembar papan.







Untuk lebih jelasnya, silahkan saksikan video berikut ini:

Kamis, 05 November 2015

Jangan Cepat Menilai



Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami istri berlari menuju ke skoci untuk menyelamatkan diri. Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yang tersisa. Segera sang suami melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat itu. Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum skoci menjauh dan kapal itu benar-benar menenggelamkannya.

Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, “Menurut kalian, apa yang istri itu teriakkan?”
Sebagian besar murid-murid itu menjawab, “Aku benci kamu!” “Kamu tau aku buta!!” “Kamu egois!” “Nggak tau malu!”
Tapi guru itu kemudian menyadari ada seorang murid yang diam saja. Guru itu meminta murid yang diam saja itu menjawab. Kata si murid, “Guru, saya yakin si istri pasti berteriak, ‘Tolong jaga anak kita baik-baik’”.
Guru itu terkejut dan bertanya, “Apa kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?”
Murid itu menggeleng. “Belum. Tapi itu yang dikatakan oleh mama saya sebelum dia meninggal karena penyakit kronis.”
Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata, “Jawaban ini benar.”
Kapal itu kemudian benar-benar tenggelam dan sang suami membawa pulang anak mereka sendirian.
Bertahun-tahun kemudian setelah sang suami meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya. Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orang tuanya naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita penyakit kronis dan akan segera meninggal. Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu-satunya kesempatan untuk bertahan hidup. Dia menulis di buku harian itu, “Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku harus membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana.”
Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam.
Guru itu tahu bahwa murid-murid sekarang mengerti moral dari cerita tersebut, bahwa kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yang kita sering pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yang kadang sulit dimengerti.
Karena itulah kita seharusnya jangan pernah melihat hanya di luar dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa.
Mereka yang sering membayar untuk orang lain, mungkin bukan berarti mereka kaya, tapi karena mereka menghargai hubungan daripada uang.
Mereka yang bekerja tanpa ada yang menyuruh, mungkin bukan karena mereka bodoh, tapi karena mereka menghargai konsep tanggung jawab.
Mereka yang minta maaf duluan setelah bertengkar, mungkin bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka menghargai orang lain.
Mereka yang mengulurkan tangan untuk menolongmu, mungkin bukan karena mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat.
Mereka yang sering mengontakmu, mungkin bukan karena mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hatinya.
Semoga semua mahluk berbahagia.
Back To Top