Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Januari 2022

Pitutur Bilangan Jawa

●Dalam bahasa Indonesia urutan bilangan diucapkan :

Dua Puluh Satu, 

Dua Puluh Dua,...s/d

Dua Puluh Sembilan.

●Dalam bhs Jawa tidak diberi nama 

Rongpuluh Siji, 

Rongpuluh Loro, dst; 

Melainkan 

Selikur, 

Rolikur,... 

Songo Likur. 

●Di sini terdapat satuan LIKUR 

Yang merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi.

Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “TEMPAT DUDUKNYA”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pengusaha, pegawai, pedagang, seniman, penulis dan lain sebagainya.

●Namun ada penyimpangan di atas penyimpangan tadi. 

Bilangan 25 tidak disebut sebagai LIMANG LIKUR, melainkan SELAWE.

SELAWE (SEneng-senenge LAnang lan WEdok). 

Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. 

Maka pada usia tersebut pada umumnya orang menikah (dadi manten).

●Bilangan selanjutnya sesuai dengan pola :

Telung Puluh, 

Telung Puluh Siji, 

Telung Puluh Loro, dst.

Tapi ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50. 

Setelah Sepuluh, 

Rongpuluh, 

Telung Puluh, 

Patang puluh, 

mestinya Limang Puluh. 

Tapi 50 diucapkan menjadi SEKET. 

Pasti ada sesuatu di sini...

SEKET (SEneng KEthonan: suka memakai kethu/tutup kepala topi/kopiah). Tanda Usia semakin lanjut, tutup kepala bisa utk menutup botak atau rambut yg memutih karena semirnya habis... 

Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang seharusnya sdh lebih taat beribadah...

Pada usia 50 mestinya seseorang seharusnya lebih memperbanyak ibadahnya dan lebih berbagi.

●Setelah sejak umur 25 bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akherat yg kekal dan abadi...

●Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola, bukan Enem Puluh melainkan SEWIDAK atau SUWIDAK.

SEWIDAK (SEjatine WIs wayahe tinDAK). 

Artinya: sesungguhnya sudah saatnya pergi.


Sabtu, 08 Januari 2022

Dokter Seribu Rupiah

 


Dokter Seribu Rupiah merupakan julukan untuk dokter F.X Soedanto, sebab ia hanya mengenakan biaya Rp 1.000 bagi setiap pasien yang berobat di kliniknya di Papua.

Fransiskus Xaverius Soedanto, lahir di Kebumen, tahun 1948,  adalah seorang dokter di Abepura, Papua yang menjadi terkenal karena melayani pasiennya hanya dengan tarif seribu rupiah.

Ia bahkan menerima pasien yang hanya memberikan ucapan terima kasih sebagai balasan. Karena kemurahan hatinya, ia juga terkenal dengan sebutan Dokter Seribu.

Ketika ditanya mengenai alasannya menjadi Dokter Seribu Rupiah, dia mengatakan tak ingin melihat siapapun tidak bisa berobat ke dokter, hanya karena tidak memiliki uang. Soedanto tulus ingin membantu orang yang kurang beruntung.

Lalu bagaimana Soedanto dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sebagai Dokter Seribu Rupiah? Ia berkata bahwa seperti tertulis di Alkitab bahwa takan mungkin Tuhan akan membiarkan anaknya kelaparan. Ayat Alkitab itu yang selalu dipegangnya dalam melaksanakan pelayanannya

Dokter F X Soedanto merupakan anak bungsu dari enam bersaudara yang lahir di Kebumen, Jawa Tengah. Ayahnya Umar adalah kontraktor dalam pemerintahan kolonial Belanda, dan Ibunya Mursila berprofesi sebagai perawat.

Sebelumnya, dokter Soedanto belajar Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Gadjah Mada. Tetapi ia akhirnya berhenti dan memilih mendaftar di sekolah kedokteran sesuai dengan keinginan ibunya.

Lulus pada tahun 1975, Soedanto diwajibkan pemerintah untuk melakukan pelayanan di daerah pedesaan.

Beliau memilih Irian Jaya yang sekarang disebut Papua sebagai tempat tujuan pelayanan karena sangat menyukai daerah tersebut.

AKU MELELEH

Sumber

Jumat, 07 Januari 2022

Penghinaan Bahar Smith kepada KSAD Jenderal Dudung Abdulrahman




Tulisan Profesor Prof. Budi S. Purwokartiko

(Rektor ITK) tentang penghinaan Bahar Smith kepada *KSAD Jenderal Dudung Abdulrahman* 

*_"MENYEMBAH POHON"_*

Ketika Bahar Smith (Arab) bilang bahwa kalau nggak ada orang Arab, Dudung masih menyembah pohon, maka dia telah salah besar memahami kehidupan spiritual orang2 Nusantara. Dia telah melecehkan kaum pribumi. Iya saya menyebut kaum pribumi untuk membedakan dengan kaum pendatang dari Timur Tengah yang arogan dan merasa superior. 

Bahar nggak paham tentang kehidupan spiritual bangsa ini. Sebelum Hindu Buddha datang, orang Jawa Kuno sudah punya kepercayaan Kapitayan. Mereka menyembah Sanghyang Taya, sesuatu yang suwung, kosong , tidak bisa dinalar dan di kuantifikasi. Orang Sunda sudah punya kepercayaan Sunda Wiwitan yang menyembah Sang Hyang Reksa, yang punya kehendak, yang punya karsa, yang memelihara.

Orang Hindu pun percaya kepada Sang Hyang, sebutan untuk Tuhan. Sebelum Islam datang, orang2 Nusantara sudah tahu cara bertuhan. Tetapi itu sering diremehkan oleh para guru agama, lalu disalahkan, dikafirkan. Orang Jawa (Nusantara) tidak sebodoh itu dalam hal spiritualisme. 

Kalau mereka disebut penganut animisme-dinamisme bukan berarti mereka menyembah pohon. Mereka percaya tanaman, batu, hewan,  semua makhluk punya kekuatan. Mereka perwujudan Tuhan dan harus dihargai dan diberi kesempatn hidup. Tuhan hadir di benda2 itu. Mereka menyembah Tuhan dengan sarana pohon , batu dsb. Orang Hindu ke Pura untuk bersembahyang bukan untuk memuja Pura. Mirip orang Islam jauh2 ke Arab untuk mengelilingi Ka'bah. Itu hanya sarana. Yang mereka sembah Tuhan. Walau memang ada yang menuhankan batu kotak itu, bahkan berebut memegang/mencium hajar aswat, padahal itu cuma batu hitam. Mirip dengan mereka yang menyebut infrastruktur tidak enak dimakan. Memang infrastrukur itu sarana untuk mencari makan, mirip ka'bah atau candi atau pura. Otak cethek memang susah diajak maju.

Orang islam percaya Tuhan itu dekat dengan urat nadi, di sisi lain Tuhan bersemayam di arsyi, di langit ke tujuh. Malah kadang Tuhan itu dimanusiakan, secara fisik, mirip seperti imajinasi manusia: duduk di singgasana, gampang marah, gampang menghukum, murka kalau nggak disembah. Kalau mau jujur cara orang Islam menggambarkan Tuhan malah kalah canggih dengan penganut Kapitayan yang menyebutnya SangHyang Taya, suwung, kosong, sulit digambarkan atau diasosiasikan dengan sesuatu.

Jadi kalau Bahar paham, dia tidak seharusnya merendahkan Pak Dudung dan kita bangsa Indonesia. Coba lihat siapa yang punya pabrik, industri, bank swasta, penerbangan swasta, perusahaan bis? Apa mereka yang merasa superior itu punya kontribusi ekonomi ke bangsa kita? kepada siapa rakyat pribumi bekerja dan mendapatkan gaji bulanan?

Jadi kalau di sini cuma numpang, tidak perlu arogan. Saya ikut tersinggung meski Bahar menyebut Dudung, Dudung adalah representasi rakyat Indonesia. Dengan sangat melecehkan cara dia menyebut KSAD TNI Jenderal Dudung

Mungkin dia tidak waras, mengalami gangguan jiwa, tetapi apa yang dia katakan dan beberapa orang yang selalu secara implisit menganggap ras Arab itu superior sesungguhnya sedang membuka jalan perpecahan di negeri ini. Orang2 begitu tidak bisa dbiarkan, akan merusak dan daya rusaknya makin luas. Banyak orang bodoh yang mau diperalat. Sehebat2nya orang pribumi memuja Rizieq atau Bahar, nggak akan Rizieq mengawinkan anaknya dengan orang Jawa. Mereka itu rasis dalam hal ini. Ini yang harus dipahami. Orang pribumi demikian terbuka dalam pergaulan, tetapi itu dimanfaatkan oleh segelintir pendatang.

*Saya muslim* tetapi saya tidak ingin melecehkan cara orang lain beragama atau bertuhan. Saya muslim tapi saya menghargai manusia dari kelakuan dan kinerjanya bukan dari ras apa. Saya muslim tapi saya menggunakan akal sehat untuk bertindak. Saya muslim tapi saya nggak mau membayar mahal atau antri bertahun2 sekedar untuk berkomunikasi dengan Tuhan. 

Kalau cara Bahar Smith dan sejenisnya berkomunikasi tidak diubah, dia bisa memicu perpecahan di sini. Jangan salahkan kalau ras Bahar Smith akan menjadi musuh bersama. 

_Prof. Budi S. Purwokartiko_

*Rektor ITK*

Sumber

Rabu, 24 November 2021

Keputusan Hakim Pada Pencuri Kecil


Putusan tak umum yang diberikan Hakim kepada pencuri kecil. Seorang bocah berusia 15 tahun tertangkap mencuri roti di sebuah toko di Amerika. Untuk mencoba melarikan diri, anak itu pun menghancurkan sebuah rak. Setelah Hakim mendengar kasus ini, dia bertanya kepada anak laki-laki itu:

"Apakah kamu benar-benar mencuri sesuatu?" "Apakah Anda mencuri roti dan keju dan menghancurkan rak?"

Anak laki-laki pemalu itu, menundukkan kepala, menjawab: "Ya." Hakim: "Mengapa kamu mencuri?" Anak: "Itu perlu." Hakim: "Anda tidak bisa membelinya daripada mencurinya?" Anak laki-laki: "Aku tidak punya uang." Hakim: "Anda bisa saja meminta uang kepada orang tua Anda" Anak laki-laki: "Aku hanya punya ibuku yang berjuang dan sakit-sakitan dan tidak punya pekerjaan, Aku mencuri roti dan keju untuknya."

Hakim: "Anda tidak melakukan apa-apa, Anda tidak memiliki pekerjaan?" Anak: "Saya bekerja di pencucian mobil. Aku mengambil cuti untuk membantu ibuku dan itulah sebabnya aku dipecat." Hakim: "Bukankah Anda bisa mencari sesuatu yang lain untuk bekerja di tempat lain?" Setelah percakapan dengan anak itu berakhir, Hakim mengumumkan putusan: "Mencuri terutama mencuri roti adalah kejahatan yang sangat memalukan ... Dan di sini kita semua bertanggung jawab atas kejahatan ini." "Semua orang di ruang sidang hari ini, termasuk saya, bertanggung jawab atas kejahatan ini. "Dengan ini semua orang di sini akan didenda $10 ... Tidak ada yang akan keluar dari sini tanpa memberikan $10."

Hakim mengeluarkan uang $10 dari sakunya ... Mengambil pena dan mulai menulis: "Juga, saya memberlakukan denda $10.000 kepada Pemilik Toko karena menyerahkan anak yang kelaparan ke Polisi. Jika denda tidak dibayar dalam satu jam, Toko akan tetap ditutup." Semua orang di ruang sidang tersebut meminta maaf kepada anak itu dan membayar denda $10. Hakim meninggalkan ruang sidang dengan menyembunyikan air matanya. Setelah mendengar keputusan ... Orang-orang di ruang sidang pun meneteskan air mata mereka.

Aku ingin tahu apakah masyarakat kita, sistem kita, pengadilan kita bisa membuat keputusan seperti itu ...⁉️

Hakim menyatakan: "Jika satu orang tertangkap mencuri roti, semua anggota komunitas, masyarakat dan Negara ini harus malu.!!

Terkadang Hukum begitu angkuh dihadapan para pelaku kejahatan untuk bertahan hidup ... Namun begitu humanis kepada kriminal besar yang berkeinginan menumpuk kekayaan untuk kesejahteraan keluarga dan kelompok mereka.

Houston, 11 Nopember 2021 Dikutip Ref Austin.

Wiwin Agustina

Photo : From Here

Kamis, 11 November 2021

𝙆𝙖𝙥𝙩è𝙣 𝙅𝙡𝙞𝙩𝙝𝙚𝙣𝙜 𝙆𝙧𝙤𝙢𝙤 𝙒𝙞𝙙𝙖𝙜𝙙𝙤

 


🌹🌹Kapten Jlitheng🌹🌹

🌷Sing tak tulis iki kedadéyan nyata watara taun suwidakan ing sawijining kutha cilik ing Jawa wétan.

Nalika iku aku isih cilik, isih sekolah.
Aku sering dolan ing wismamu.
Wong kiwa tengen ngundang penjenengan mbah Kromo.
Mung kuwi sing tak weruhi.
Ragamu sing kuru aking , uripmu sarwa prasaja, senajan gubug réyot nanging resik gemrining , nétramu tajem, rinengga alis kandel tur ketel, rawis sing njlirit, aku percaya nalika muda mesthi bagus, mung éman ora kagungan putra .
Saben aku sowan , penjenengan crita dongèng wiwit, dongèng kuna nganti crita perjuangan .
kaya ora ana entèké.

Batinku pitakon ?
Nèk nyawang kahananmu sing sarwa prasaja...?
Éwa déné kaya nyolong pethèk.
Presasat kaya wong pendidikan luhur.
Sing anèh manèh saben upacara hari pèngetan nasional senajan saka kadohan mesthi rawuh nyawang saka adoh.

Praupanmu semringah , èsemmu katon yèn penjenengan gembira atimu.
Apa manèh yèn mrisani kemlèbèté sang dwiwarna katon mongkog penggalihmu.
Bubar upacara bendhéra terus mulih sepedha tuwa mbok tuntun urut pinggir dalan mecaki dalan nganti tekan wismamu.
Klambi Sing mbok agem kaya ora tau ganti ya mung kuwi- kuwi waé, clana komboran ireng sabuk othok nganggo slepi, klambi model potong gulon ireng iket warna gadhung mlathi caping amba.

Nganti ing sawijining dina pèngetan 17 Agustus taun pira aku lali.
Aku mbolos ora mèlu upacara.
Aku ketemu penjenengan ngadeg jejeg sangisoré wit ringin papan cedak kanggo upacara.
Nalika aku liwat mbok undang
: "Gus kok ra mèlu upacara "?
:" mboten mbah lagi males ".
Sakala tanganku mbok gèrèt, mbok cengkerem kenceng nganti aku kelaran.
:" Kowé kari mèlu upacara waé wegah apa manèh mèlu berjuang ?
Deloken mripatmu neng Makam Pahlawan kaé !
Kaé totohan nyawa tanpa dibayar korban kanggo bangsa iki dhèwèké ora njaluk opah.
Tujuane mung siji kepéngin Indonesia Merdeka.
O alah gus , aku ndongèngi , nyritani kowé , wiwit ndisik karepku , karebèn thukul jiwa satriyamu , la kok jebul mung kaya ngono...?
Mripaté mencereng katon yèn ngampet nesu.
Aku ora suwala, terus ngadeg jejeg ing cedhaké.

Sauntara iku , upacara wis diwiwiti .
Nalika lagu Indonesia raya ngumandhang lan sang merah putih kumlèbèt munggah tak lirik capingé di bukak terus hormat bendhéra satatané militer.
Aku tiru ing cedhaké.
Pitakonku tansaya muleg ana atiku , panjenengané iki sapa ?
Nalika upacara rampung dhèwèké ora ngalih.
Isih ngadeg ing papan kono.
Ora let suwé ana sawjining perwira militer liwat kono, mbah kromo ngundang perwira kuwi.

:" mas jono ...
Perwira mau nolèh ganti takon

:" Sampéyan sapa ?
Mbah kromo mbukak capingé :
:" Sampéyan pangling kalih kula .. ?
Perwira mau kagèt.

: " Lho kaptèn , kaptèn jlitheng ..?
Perwira mau kurmat cara militer.

: "siap kapten.
Terus nyalami ngambung astané mbah kromo terus ngrangkul, tembungé pedhot-pedhot karo nangis.
:" Kapten panjenengan kula padosi wonten pundi- pundi mboten kepanggih."

Perwira mau katon olehé kurmat lan ngajèni marang mbah kromo.

Mbah kromo mangsuli
: " aku ora nèng ngendi- endi mas jono. Saiki awakmu wis kepénak pangkatmu wis kolonel.
Ora suwé mbah Kromo ngendika. ...
:" Wis gus ayo mulih".,
karo njawil aku.
Aku mung tolah- tolèh katon goblogku karo nurut diboncèngaké sepedha réyot.
Sawisé tekan ngomah, ora watara suwé ana mobil militer mandheg ing omahé mbah kromo.
Kabèh mudhun mlebu omah réyot kuwi.
Kabèh katon ngajèni karo mbah kromo.
Saiki aku lagi ngerti yèn mbah Kromo kuwi jebul sesingloné kapten Jlitheng kromo widagdo, komandan pasukan gerilya , resimèn siluman sing dhèk jaman perang kemerdhékaan paling diwedèni prajurit landa wektu iku.
Yèn bengi kulina njebol bètèng ngorat-ngarit markasé landa.

Sakala wong désa kono pada gumun ora ngira mbah kromo sing mlarat, sing kaya wong bodho kuwi tilas prajurit peng-pengan.
Olèh sawetara wulan saka kedadéyan kuwi mbah Kromo séda ndadak tanpa gerah, wektu séda isih nggegem merah putih lan ing sacedhaké ana piagam lan bintang cilik ana tulisané 𝙋𝙖𝙝𝙡𝙖𝙬𝙖𝙣 𝙂𝙚𝙧𝙞𝙡𝙮𝙖.
Sakala wong désa kono gègèr.
Kanthi cepet pawarta iku sumebar warata sak kutha.
Ora suwé pasukan militer pada teka nyiapake alat kanggo upacara penghormatan militer.
Karangan bunga pada teka kanthi ucapan
: " Ikut berduka cita atas meninggalnya 𝙆𝙖𝙥𝙩è𝙣 𝙅𝙡𝙞𝙩𝙝𝙚𝙣𝙜 𝙆𝙧𝙤𝙢𝙤 𝙒𝙞𝙙𝙖𝙜𝙙𝙤.
Aku nangis rumangsa kélangan.
Sawisé disucèni lan disholati terus diwadhahi pethi dilurupi gendera merah putih.
Dijaga tentara kiwa tengen.
Upacara penghormatan diwiwiti pethi jenasah digawa metu ngliwati pasukan Salvo, kanthi komandhan upacara kolonel Sujono.
Ora sranta wektu iku aku mencolot saka papanku ngadeg hormat sangarepé pethi jenasah .
Aku dicedhaki kolonel sujono terus ngendika

: " wis gus tugasé Kaptèn wis rampung , panjenengané séda dadi kusumaning bangsa.
Kowé lan aku wajib nerusaké perjuangané sing sepi ing pamrih ramé ing gawé.

Aku diajak minggir upacara diwiwiti kanthi tembakan salvo.
Atiku mongkog .
Ya iki prajurit sejati sing pantes tinulad .
Panjenengané disare'ake ing Taman Makam Pahlawan.

𝙎𝙪𝙜𝙚𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙣𝙙𝙖𝙠 𝙆𝙖𝙥𝙩è𝙣
𝙎𝙪𝙜𝙚𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙣𝙙𝙖𝙠 𝙋𝙖𝙝𝙡𝙖𝙬𝙖𝙣
𝙎𝙪𝙜𝙚𝙣𝙜 𝙩𝙞𝙣𝙙𝙖𝙠 𝙠𝙪𝙨𝙪𝙢𝙖 𝙗𝙖𝙣𝙜𝙨𝙖.
𝙆𝙪𝙩𝙚𝙧𝙪𝙨𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙟𝙪𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣𝙢𝙪
𝙎𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞 𝙈𝙚𝙧𝙙𝙚𝙠𝙖 𝙩𝙚𝙩𝙖𝙥 𝙈𝙚𝙧𝙙𝙚𝙠𝙖
𝘽𝙚𝙧𝙠𝙞𝙗𝙖𝙧 𝙩𝙚𝙧𝙪𝙨 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙎𝙖𝙠𝙖
𝙏𝙚𝙧𝙪𝙨 𝙈𝙚𝙧𝙙𝙚𝙠𝙖 𝘼𝙣𝙟𝙖𝙮è𝙣𝙜 𝘽𝙖𝙬𝙖𝙣𝙖 𝙄𝙣𝙙𝙤𝙣𝙚𝙨𝙞𝙖𝙠𝙪

(18/11/2016/11.12)
# Didiek Utoyo
Cah Nganjuk.

Kamis, 21 Oktober 2021

Kemana Kamu Pergi



Kemana pun kamu pergi. Sejauh manapun kau melangkah pergi. Kau akan tetap pulang. Kemana? Tentu saja ke Rumah.

Apa arti Rumah bagimu? Apakah rumah adalah tempat dimana kau pulang saat lelah melanda? Atau tempatmu untuk beristirahat saat lelah bekerja? Seperti itu? Sungguh? Hanya itukah arti rumah bagimu.

Pikirkan ini: Rumah. Dimana ada ibu bapak yang selalu setia dan bahagia menanti kepulanganmu. Dimana ada kasih sayang berlimpah dan tak pernah pudar dimakan usia. Dimana ada doa-doa orang tua yang tak pernah putus.

Coba tanya dirimu sendiri Kenapa kau lebih senang menghabiskan waktu senggangmu bersama gadget daripada bersama orang tua mu saat dirumah? Kenapa kau lebih suka menghabiskan weekend bersama teman daripada bersama orang tua dirumah? Kenapa kau tak meluangkan waktumu untuk bercengkrama kepada orang tuamu saat kau baru pulang? Kenapa kau tak meluangkan waktumu untuk membantu pekerjaan orang tua mu dirumah? Kenapa? Kenapa?

Sangat mudah bagimu untuk mengerjakan perintah bos mu dikantor Tapi kenapa sangat sulit untuk mengerjakan perintah ibu bapak dirumah? Apakah bos mu lebih mulia daripada orang tuamu? Atau karena kau digaji dikantor sementara dirumah tidak?

Kau takut pada dosenmu karena tidak mengerjakan tugas dikampus Tapi kenapa kau tak takut saat tidak mengerjakan pekerjaan di rumah? Apakah dosenmu lebih kau takuti dibandingkan ibu bapakmu? Atau karena kau takut nilai mu jelek tapi kau tak takut dengan penilaian orang tua padamu?

Sungguh Sepicik itukah dirimu? Tanya pada dirimu sendiri. Sudahkah kau bakti kan dirimu sepenuhnya pada ibu bapak mu? Sudahkah kau curahkan perhatian dan kasih sayangmu untuk mereka? Sudahkah kau kerahkan daya dan upaya yang terbaik untuk membuat keduanya tersenyum bahagia?

Ingat hidup terus berjalan. Dan umur orang tua mu semakin menua. Ingat kewajiban mu sebagai seorang anak.

Minggu, 16 Agustus 2020

TKR Chungking-Pasukan Tionghoa Indonesia







тKR Chùngking, ādālāh Pāsùkān Khùsùs ьerisi ōrāng-ōrāng тiōnghōā yāng Relā Māтi Demi Indōnesiā. Diskrimināsi тerhādāp ōrāng-ōrāng тiōnghōā di Indōnesiā ьùkānlāh hāl ьārù. Mùlāi dāri jāmān ьelāndā dùlù sāmpāi pemerinтāhān Sōehārтō, ōrāng-ōrāng тiōngkōk di sini mengālāmi ьānyāk perlākùān тidāk menyenāngkān.


ьāhkān di māsā ьelāndā dùlù, merekā pernāh diperlākùkān seperтi ьināтāng yāng diьānтāi sedemikiān rùpā hānyā gārā-gārā mengùāsāi ekōnōmi pāsār. Yāng miris lāgi, kesān ьùrùk тenтāng ōrāng тiōnghōā sedikiт ьānyāk jùgā rùpānyā māsih ьerтāhān sāmpāi hāri ini.

тenтù sikāp ьùrùk тerhādāp ōrāng-ōrāng тiōnghōā ini тidāk ьisā diьenārkān. āpālāgi kālāù kiтā melihāт fākтā sejārāh di mānā тernyāтā ōrāng-ōrāng тiōnghōā pernāh ьerdārāh-dārāh demi Indōnesiā. Sālāh sāтù ьùkтinyā ādālāh perisтiwā 10 Nōvemьer 1945, di mānā ōrāng-ōrāng тiōnghōā jùgā ikùт menyerāng sekùтù lewāт pāsùkān merekā yāng ьernāmā тKR Chùngking.

тānpā ьānyāk yāng тāhù, pāsùkān ini тernyāтā ьegiтù ьesār perānnyā di perтempùrān dāhsyāт тerseьùт. Seùmpāmā merekā тidāk ādā keтikā iтù, mùngkin sājā Indōnesiā тākkān ьisā memьerikān perlāwānān yāng ьegiтù menōhōk kepādā mùsùh.

тidāk sedikiт pemùdā/i keтùrùnān тiōnghōā di Sùrāьāyā (ьāhkān yāng dāri Mālāng) ikùт ьerтārùh nyāwā dālām perтempùrān perтāmā Indōnesiā pāscā Prōklāmāsi melāwān pāsùkān āsing ьriтāniā Rāyā seтelāh Perāng Dùniā II. Merekā ьāhù memьāhù ьersāmā wārgā lōkāl melāwān penjājāh; тerleьih dālām sōāl тKR Chùngking.

ьerikùт ādālāh fākтā-fākтā тenтāng pāsùkān тiōnghōā тerseьùт :

1. Mārāh Sāāт Indōnesiā Digānggù, Māsyārākāт тiōnghōā memьenтùk Pāsùkān Chùnking di āreā sekiтār Kemьāng Jepùn.

Kemerdekāān di ьùlān āgùsтùs 1945 тernyāтā тidāk hānyā menjādi sesùāтù yāng sāngāт dinānтi ōrāng priьùmi, тāpi jùgā māsyārākāт тiōnghōā. ālāsānnyā тāk lāin kārenā merekā jùgā mengālāmi hāl-hāl ьùrùk selāmā māsā penjājāhān. ālhāsil, kemerdekāān pùn jādi hāl yāng pāling diтùnggù.

Lānтārān kemerdekāān ini ьegiтù sùsāh didāpāт, mākā тenтù sājā ōrāng-ōrāng тiōnghōā nggāk relā kālāù Indōnesiā kemьāli тerjājāh. Kemùdiān āтās dāsār inisiāтif dān rāsā cinтā тānāh āir, kemùdiān merekā memьenтùk pāsùkān ьernāmā Chùngking. Pāsùkān ini тercāтāт sāngāт ākтif melāwān Sekùтù dān ьelāndā di perтempùrān Sùrāьāyā.

Kesānnyā mùngkin diьikin dādākān, тāpi тKR Chùngking sāmā sekāli ьùkān pāsùkān ecek-ecek. Merekā ini pùnyā kemāmpùān heьāт yāng sering kāli ьikin Sekùтù dān NICā kōcār-kācir. Hāl тerseьùт тerтùāng dālām seьùāh ьùkù ьerjùdùl тiōnghōā Dālām Sejārāh Kemiliтerān : Sejāk Nùsānтārā Sāmpāi Indōnesiā yāng diтùlis Iwān Senтōsā.

2. тidāk hānyā pùnyā kemāmpùān miliтer yāng cùkùp mùmpùni, тKR Chùngking jùgā didùkùng ōleh persenjāтāān ьāgùs.

тenтārā yāng perlengkāpānnyā persis dengān pāsùkān yāng ьerтempùr kālā Perāng Sinō Jepāng II dān Perāng Pāsifik ьerādā di ьāwāh kōmāndō Chiāng Kāi-shek dāri Fāksi Nāsiōnālis Chinā. Pāsùkān ьerтōpi ьājā Sтāhlhelm yāng sediānyā jādi ikōn тenтārā āngkāтān Dārāт (Wehrmāchт) Jermān Nāzi.

Misālnyā senāpān Kārāьen 98-K, serтā āmōr helm ьernāmā Friтz yāng dikeтāhùi ьerāsāl dāri Jermān, yāng di dāpāт dāri pāsār gelāp, ьājù serāgām yāng di gùnākān sāmā seperтi pārā pejùāng yāng jeьōlān Pāsùkān PEтā yāng ьerwārnā cōklāт khāki yāng sāmā digùnākān Pāsùkān RIKōGùN Jepāng.

Helm-helm mācām iтù ьeserтā persenjāтāān dāri Jermān lāinnyā mācām senāpān lārās pānjāng Kārāьiner 98 kùrz (Kār98-K), sempāт disùplāi Jermān ùnтùk Pemerinтāh Chinā jelāng Perāng Dùniā II. Sùplāi perālāтān miliтer ini ākhirnyā disтōp pāscā Jepāng dān Nāzi Jermān тerikāт Pākтā тripārтiт (Jermān, Iтāliā, Jepāng) 27 Sepтemьer 1940.

“Dālām āksinyā (тenтārā Chùngking), merekā mengiьārkān ьenderā keьāngsāān тiōngkōk dān iтù diьenārkān Pemerinтāh Chùngking. Jùgā kāùm wāniтā тiōnghōā ьāhù memьāhù dengān pārā pemùdi Indōnesiā ьergiāт di ьārisān Pālāng Merāh Indōnesiā,” serù siārān Rādiō Repùьlik Indōnesiā (RRI), pādā 13 Nōvemьer 1945.

тidāk hānyā kemāmpùān dān persenjāтāān. Di āтās iтù, ādā kekùāтān lāin yāng ьikin тKR Chùngking тrengginās. Hāl тerseьùт тāk lāin ādālāh semāngāт relā māтi dān ьerjùāng demi Indōnesiā yāng jùgā тùmpāh dārāh merekā.

3. Pelōpōr pōs-pōs pengōьāтān medis.

тidāk hānyā тergāьùng di frōnт-frōnт depān, тKR Chùngking jùgā тerseьār di ьāgiān penтing lāinnyā seperтi medis. Dikeтāhùi keтikā iтù merekālāh yāng menginisiāsi ьerdirinyā ьeьerāpā pōs-pōs pengōьāтān sāāт perāng di Sùrāьāyā pādā 10 Nōvemьer. Sāyāngnyā, ьeьerāpā dihāncùrkān ōleh sekùтù, ьeserтā pārā penghùninyā.

тidāk hānyā dālām perтempùrān menāngkāl hānтāmān Inggris, ьenderā Kùōminтāng ьerwārnā ьirù тùā dengān simьōl māтāhāri iтù jùgā ācāp dikiьārkān di mōьil-mōьil Pālāng Merāh тiōnghōā, ьerdāmpingān dengān ьenderā Merāh Pùтih.

4. Selāin medis, тercāтāт jùgā тKR Chùngking тergāьùng ьersāmā pārā pejùāng dālām lāskār ьerāni māтi.

Keтikā iтù тùgās merekā ādālāh menyerьù ьenтeng Sekùтù yāng diperkùāт ōleh Gùrkhā. Sedikiт infōrmāsi, pāsùkān Gùrkhā di māsā iтù sāngāт diтākùтi dùniā, тāpi ōrāng-ōrāng тKR Chùngking seōlāh тidāk pedùli dān dān тānpā rāgù menerjāngnyā.

ьāhkān тenтārā Gùrkhā pùn тākùт āpāьilā menghādāpi pāsùkān Chùnking yāng sādis Dālām menghāьisi lāwān, senjāтā khās pāsùkān Gùrkhā yāng menākùтkān di medān perтempùrān perāng Dùniā II yāng ьernāmā KHùKIRI pùn ьisā тākùт menghādāpi pāsùkān Chùnking.

Dāri ārāh Mālāng jùgā тerdāpāт pāsùkān dāri тiōnghōā yāng тergāьùng dālām lāskār “PāLāNG ьIRù”, yāng ьerтùgās seьāgāi medis, sāmā seperтi Pālāng merāh тiōnghōā yāng ьerisi pārā pelājār pendidikān medis āsāl Sùrāьāyā dān Mālāng.

Kārenā ьegiтù viтālnyā perān pālāng merāh dān ьādān-ьādān lōgisтik lāinnyā, menjādikān merekā тùrùт jādi sāsārān keji serāngān pihāk sekùтù, ьāik lewāт dārāт māùpùn pemьōmān ùdārā. Seperтi yāng тerjādi pādā sāтù pōs Pālāng Merāh тiōnghōā dekāт Sтāsiùn Semùт, 18 Nōvemьer 1945.

5. Pāsùkān ini pernāh memьersihkān Kāùm тiōnghōā yāng menjādi ānтek mùsùh.

Memāng keтikā тerjādi pergōlākān 10 Nōvemьer di Sùrāьāyā iтù, тidāk semùā ōrāng тiōnghōā ikùт ьerjùāng. ьeьerāpā dikeтāhùi mālāh menjādi māтā-māтā ьelāndā dān Inggris. ùniknyā keтikā hāl ini тerjādi, тKR Chùngking тùrùn sendiri ùnтùk menyelesāikānnyā.

ādāpùn nāmā pāsùkān Inggris yāng menyerьù Sùrāьāyā ьernāmā 49тh Indiān Infānтery ьrigāde yāng merùpākān  pāsùkān keьānggāān ьriтāniā Rāyā, dijùlùki ”тhe Fighтing Cōck”. Seьelùm ke Sùrāьāyā, sepāk тerjāng pāsùkān ini dikenāl menākùтkān. Pāsùkān eliтe ini ьerhāsil mereьùт sāтù per sāтù wilāyāh ьùrmā pādā тāhùn 1944 dengān sisтem gerilyā hùтān.

Merekā keтikā iтù mengādākān semācām pemьersihān тerhādāp kāùmnyā yāng memьelōт memьelā ьelāndā, Inggris dān ānтeknyā. тKR Chùngking yāng keтikā iтù dipimpin ōleh “тse ān Hùi”, ьōleh diьilāng ьerhāsil memьersihkān kāùm тiōnghōā dāri pārā pengkhiānāт-pengkhiānāт.

Hāl ini jādi ьùkтi lāin jikā тKR Chùngking leьih mencinтāi kedāùlāтān Indōnesiā dāripādā sùkùnyā sendiri. Sāyāngnyā, ceriтā ini nggāk ьānyāk ōrāng yāng тāhù. Māsyārākāт Indōnesiā sendiri leьih mempercāyāi ceriтā lāskār Pō ān тùi yāng menjādi māтā-māтā ьelāndā ùnтùk menerōr pejùāng priьùmi.

Pādāhāl, sewākтù māsā perāng, kālāù māù ьicārā ьùSùK : memāng ьENāR, ādā seьāgiān eтnis тiōnghōā yāng memāng тidāk ьerpihāk pādā Indōnesiā; relā memьōcōrkān infō pādā ьelāndā, memьerikān ùpeтi, dsь. тāpi ādā jùgā seьāgiān dāri eтnis priьùmi yāng māù disōgōk sāmā pemerinтāh ьelāndā.

Kāliān тāhù pāsùkān ьāтālyōn NICā (ex KNIL yāng dijùlùki āndjing NICā) yāng тerkenāl kejām iтù? Seьāgiān ьesār dāri serdādù nyā тernyāтā ādālāh wārgā Indōnesiā тimùr (āmьōn, Mānādō, тimōr), Sùndā dān Jāwā, yāng diьinā/di rekrùт ьelāndā seьāgāi pāsùkān ùnтùk melāwān pejùāng lōkāl!

ьāтālyōn āndjing NICā ini memьālās āksi kelōmpōk prō Repùьlik Indōnesiā yāng memьānтāi ōrāng-ōrāng ьelāndā dengān cārā yāng тāk kālāh kejām.


Sō, kālāù ьisā sāyā kāsih perùmpāmāān : Sehiтām2nyā sùāтù gōlōngān pāsтi ādā pùтihnyā; dān Sepùтih2nyā seьùāh gōlōngān pāsтi ādā hiтāmnyā. тidāk ьisā kiтā men-cāp “gōlōngān ā” JELEK hānyā kārenā ùlāh 1 ōrāng. Disini memāng ādā kùтù ьùsùknyā, nāmùn disānā jùgā ādā kùтù ьùsùknyā!

тrāgedi 10 Nōvemьer ini ьisā diьilāng seьāgāi sālāh sāтù perāng тerьesār pāscā kemerdekāān. Hāl ini diьùkтikān dengān ьegiтù ьānyāk kōrьān yāng jāтùh di pihāk kiтā. тercāтāт, sekiтār 6000-16.000 тenтārā kiтā тewās, тermāsùk jùgā ōrāng-ōrāng тKR Chùngking, dān 200,000 rākyāт sipil mengùngsi kelùār dāri Sùrāьāyā.

ùnтùk Chùngking, diperkirākān ±1000 ānggōтānyā gùgùr dālām perisтiwā ini. Nggāk тerьāтās Chùngking sājā, ьānyāk jùgā māsyārākāт sipil тiōnghōā yāng тewās dālām perтempùrān тerseьùт. Ini ādālāh pengōrьānān тerьesār dāri merekā, yāng hārùs dikeтāhùi ōleh semùā ōrāng Indōnesiā seьāgāi ьùkтi kecinтāānnyā тerhādāp ьāngsā ini!

Perтempùrān Sùrāьāyā iтù ьārù ьārù ьerākhir pādā 28 Nōvemьer 1945. Selāin pihāk pejùāng Repùьlik Indōnesiā yāng mùndùr dāri Kōтā Sùrāьāyā, sejùmlāh permùkimān wārgā sipil pōrāk pōrāndā, menyisākān pùing-pùing yāng mengùьùr jāsād-jāsād mānùsiā yāng тidāk lāgi тerdāpāт perьedāān rās gōlōngān; melāinkān sāmā seьāgāi kōrьān.

Merùpākān hāl yāng lùcù jikā ādā māsih ādā yāng ьilāng “ōrāng-ōrāng тiōnghōā тidāk nāsiōnālis, āтāù ānтek āseng”. Pādāhāl, merekā jùgā pernāh ьerjùāng demi Indōnesiā, тermāsùk memerāngi kāùmnyā sendiri demi ьāngsā ini. Ceriтā ini lāyāk ùnтùk diāngkāт, seьāgāi ьùkтi jikā ōrāng-ōrāng тiōngkōk Indōnesiā pùn ьerdārāh merāh pùтih.

ōleh : Pāùlùs Sùgiтō, ediтed ьy Hermān тān

Senin, 20 Juli 2020

Memperbaiki IC Board Sparking


Saat memanasi oven dan hendak memanggang, saya sangat kaget mengalami sedikit masalah pada oven. Api atas pada oven tidak mau menyala, hanya percikan api dari pemantik dan alarm selalu berbunyi. Saya sudah coba cabut dan pasang kembali regulator gas, namun masalah tetap saja tidak teratasi. Kemudian teringat beberapa waktu yang lalu, ketika kejadian serupa terjadi. Pada kejadian sebelumnya, hal ini sama persis terjadi dengan gejala yang sama pula. Tanpa ragu, kecurigaan saya langsung mengarah pada IC Board Sparking yang menyebabkan oven gagal melakukan pembakaran.

Minggu, 12 Juli 2020

Corona dan Sepeda 1952



Tjondro Poernomo (TP) : "mas giman, coba berdiri sebentar..."
Mas Giman (MG): "ada apa, pak tjondro?"
TP: "saya fotokan buat kenang-kenangan. tolong mepet sedikit ke papan itu, yak siap... 1, 2, 3..." cepret!
Mas Giman adalah tukang jaga parkiran sepeda.
.
Sebelum kedatangan motor jepang, sepeda merajai jalanan di jogja... diawali sepeda bikinan eropa, merk FONGRES, GAZELLE, dkk... diikuti kemunculan PHOENIX & sepeda mini dengan harga merakyat setelahnya... tiap hari mengawasi sepeda dari bangku kayu di depan toko corona, lama-lama mas giman makin tertarik mengamati & mempelajari detail sepeda + problematikanya...

Corona 1948


by Tjondro Poernomo
( grandfather's clock paradox )

Aku tidak tahu apakah kakekku akan menyesal atau justru bangga. ketika nama usaha yang dirintisnya di tengah Agresi Militer Belanda I & II, kini jadi viral & mendunia. melalui mesin waktu aku menemuinya di tahun 1948, dan mengabarkan bahwa besok di tahun 2020 akan ada kejadian yang menggemparkan dunia karena VIRUS CORONA...

Minggu, 10 Mei 2020

Angkatan Corona

ANGKATAN PERTAMA YG LULUS TANPA UN
BERTEMU DENGAN PELUKAN, BERPISAH TANPA BERJABAT TANGAN.
DEAR SISWA ANGKATAN 2020
Angkatan kalian akan menjadi angkatan pertama yang penuh cerita. Dimana disaat segalanya sudah direncanakan dengan rapi, disusun sedemikian rupa, namun tidak akan terlaksana, hilang begitu saja.
Sebut saja
"ANGKATAN CORONA"

Sabtu, 27 Juli 2019

Umat Anu Takut Berkompetisi




👉 China menguasai surat utang Amerika US$ 1.15 Trilyun.
Apakah otomatis Amerika dicaplok oleh China ?? Tidak

👉 Arab investasi di China 870 Triliyun.
Apakah rakyat China terkencing-kecing merasa dijajah oleh Arab ?? Tidak

👉 Amerika Investasi 122 Triliyun ke Singapore, apakah warga Singapore otamatis jadi antek asing ?? Tidak

👉 Sebanyak 252.000 TKI bekerja di Taiwan.
Apakah rakyat Taiwan merasa dijajah Indonesia ?? Tidak

👉 Jumlah TKI yang bekerja di China 81.000, sementara TKI di Hongkong 153.000, di Macau 16.000, apakah rakyat China, Hongkong dan Macau merasa di jajah oleh Indonesia ?? Tidak

👉 TKA yang bekerja di Indonesia sebanyak 74.183 orang.
Sementara 21.271 ribu di antaranya berasal dari China, disusul Jepang dan lain-lain.
Tapi sebagian dari kita sudah terkencing-kencing merasa dijajah oleh China.

👉 Mengapa rakyat negara-negara dimana TKI kita berkerja tersebut bisa bernalar dengan benar ??
Karena mereka bisa membedakan antara bisnis dengan kedaulatan negara.

👉 Dunia abad XXI tidak dipetakan lagi oleh suku, ras dan agama.
Masyarakat modern sudah tidak mempermasalahkan lagi perbedaan keyakinan.
Mereka bersama-sama membangun peradaban.

👇
Di sini tidak begitu.
Yang didahulukan hanya kebencian karena takut berkompetisi dan takut kalah dalam persaingan hidup.

👇
Kemudian dibalut dengan pemahaman sempit dalam beragama.
(HR. Jenderal Moeldoko)

Sumber


Back To Top